Catering Sehat tanpa Vetsin
Dpawon Catering dan Layanan Jasa Catering Rantangan Sehat Tanpa Vetsin
Selain mengurangi penggunaan produk-produk olahan yang dibekukan atau produk-produk yang diawetkan seperti Sosis, Nugget, Beef Rol, Baso Sapi dan produk-produk sejenis lainnya untuk sajian Catering sehari-hari, sebagai bentuk konsistensi Dpawon Catering untuk menyajikan Catering yang Sehat, Aman dikonsumsi, Enak, Murah Terjangkau dan Halal maka Dpawon Catering berkomitmen untuk tidak menambahkan MSG (Mono Sodium Glutamate) atau yang biasa juga disebut dengan Vetsin atau Micin pada seluruh masakan Dpawon Catering.
Apakah MSG itu?
MSG atau Mono Sodium Glutamate adalah bubuk putih yang cepat larut dalam air atau air liur. Setelah larut, MSG terurai menjadi Natrium dan Glutamate. Glutamate adalah Asam Amino Non Esensial yang ditemukan di hampir semua Protein.
Dari apakah Vetsin itu dibuat?
Selama berabad-abad Jepang telah terkenal dengan Masakannya yang sangat lezat. Hal inilah yang mendorong beberapa ilmuwan untuk meneliti kunci dari kelezatan masakan Jepang tersebut.
Setelah melakukan riset selama bertahun-tahun baru terkuaklah rahasia dari kelezatan masakan Jepang tersebut. Masakan Jepang menjadi terasa lezat karena mereka menambahkan sejenis rumput laut bernama Laminaria Japonica.
Kikunae Ikeda, seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan kunci kelezatan itu pada kandungan asam glutamat yang terdapat pada Laminaria Japonica. Penemuan ini sekaligus melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya yaitu asam, manis, asin dan pahit, dengan Umami (dari akar kata Umai yang dalam Bahasa Jepang berarti lezat).
MSG sendiri diproduksi dari Asam Glutamat yang terkandung pada protein hewani dan protein nabati yang banyak terdapat pada daging, ikan, ayam, udang, jagung, tomat, kedelai, kacang-kacangan, biji-bijian dan beragam sayuran lainnya yang menghasilkan L-glutamic acid melalui proses fermentasi. L-glutamic acid yang berbentuk butiran putih mirip garam inilah inti dari MSG yang kita kenal sekarang ini.
Kenapa MSG bisa menyedapkan rasa masakan?
Sebenarnya MSG itu sendiri tidak mempunyai rasa. Tetapi bila ditambahkan ke dalam makanan, akan terbentuk Asam Glutamat bebas yang nantinya akan ditangkap oleh Reseptor khusus di otak yang kemudian mempresentasikan rasa dasar yang telah ada pada makanan itu menjadi jauh lebih lezat dan lebih gurih.
Di otak memang ada Asam Amino Glutamat yang berfungsi sebagai Neurotransmitter (Syaraf Penghubung) untuk menjalarkan rangsang antar Neuron (Syaraf-Syaraf di dalam Otak). Tetapi bila terakumulasi di Sinaps (celah antar sel syaraf) akan bersifat Eksitotoksik bagi otak. Karena itu ada kerja dari Glutamate Transporter Protein untuk menyerapnya dari cairan Extraseluler, termasuk salah satu peranannya untuk keperluan sintesis GABA (Gamma Amino Butyric Acid) oleh kerja enzim Glutamic Acid Decarboxylase (GAD). GABA ini juga termasuk neurotransmitter sekaligus memiliki fungsi lain sebagai reseptor glutamatergik, sehingga bisa menjadi target dari sifat toksik Glutamat.
Disamping kerja glutamate transporter protein, ada Enzim Glutamine sintetase yang bertugas merubah Amonia dan Glutamat menjadi Glutamin yang tidak berbahaya dan bisa dikeluarkan dari otak.
Dengan cara ini, meski terakumulasi di otak, Asam Glutamat diusahakan untuk dipertahankan dalam kadar rendah dan non-toksik (Tidak beracun / Tidak berbahaya). Reseptor sejenis untuk Glutamat juga ditemukan di beberapa bagian tubuh lain seperti tulang, jantung, ginjal, hati, plasenta dan usus.
Pada konsumsi MSG, Asam Glutamat bebas yang dihasilkan sebagian akan terikat di usus, dan selebihnya dilepaskan ke dalam darah. Selanjutnya menyebar ke seluruh tubuh termasuk akan menembus ke dalam sel darah otak dan terikat oleh Reseptornya.
Sayangnya, seperti disebutkan sebelumnya, Asam Glutamat bebas ini bersifat Eksitotoksik sehingga dihipotesiskan akan bisa merusak Neuron otak bila sudah melebihi kemampuan otak untuk mempertahankannya dalam kadar rendah.
Sebenarnya selain MSG ada zat lain yang dapat digunakan sebagai penyedap rasa masakan yaitu IMP (Disodium Inosinat) dan GMP (Disodium Guanilat). Namun MSG lebih diminati karena MSG dinilai jauh lebih efektif untuk menguatkan rasa dan jauh lebih murah bila dibandingkan dengan kedua zat tersebut.
Konsumsi MSG pada takaran tertentu memang tidak menimbulkan efek langsung secara significant. Namun sudah barang tentu tetap akan menimbulkan efek negatif bila MSG tersebut dikonsumsi secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun MSG tersebut digunakan pada ambang batas aman (Batas aman konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan/hari).
Berbagai penelitian telah menyebutkan bahwa konsumsi MSG secara terus menerus dapat menimbulkan efek buruk bagi kesehatan manusia. Efek tersebut dapat dirasakan segera atau sekitar 30 menit setelah konsumsi. Efek buruk MSG yang paling ringan adalah rasa panas di leher, lengan dan dada, diikuti kaku-kaku otot dari daerah tersebut menyebar sampai ke punggung. Gejala lain berupa rasa panas dan kaku di wajah diikuti nyeri dada, sakit kepala, Sesak Nafas secara tiba-tiba, mual, berdebar-debar dan kadang sampai muntah. Gejala ini biasa pula disebut dengan "Chinese Restaurant Syndrome" atau yang lebih tepat disebut dengan "MSG Complex Syndrome". Syndrome ini terjadi dan bertahan selama sekitar 3 – 5 jam.
Sedangkan Efek yang paling buruk yang baru akan dirasakan setelah konsumsi MSG dalam jangka waktu lama adalah:
- Tumbuhnya Kista pada sebagian besar wanita (Kista disinyalir dapat mengurangi potensi kehamilan wanita pada usia subur).
- Kebutaan total, Gangguan Retina dan meningkatnya tekanan dalam bola mata (Gloucoma) hal ini terjadi karena MSG dapat mengganggu fungsi dan morfologi Retina. Ini akan terjadi di usia sekitar 40 tahun jika secara significant mengkonsumsi MSG sejak usia 11 tahun (Berdasarkan laporan dari Experimental Eye Research pada tahun 2002)
- Kejang-kejang, Stroke, lumpuh, serangan jantung, Asma secara tiba-tiba bahkan mati secara mendadak pada beberapa orang yang memiliki kolesterol tinggi. Karena MSG yang menumpuk di syaraf akan menjadi polutan dan dapat menghambat sistem kerja syaraf dan pembuluh darah.
- Melemahnya sistem kekebalan tubuh pada balita usia antara kurang dari 1 Bulan hingga 3 tahun bila balita tersebut menerima susu yang diberikan oleh ibu menyusui yang mengkonsumsi MSG.
- Perlambatan kemampuan berfikir (Diskonektivitas Otak) dan menurunnya kemampuan daya ingat pada anak-anak yang mengkonsumsi MSG secara berkelanjutan di masa pertumbuhan (usia antara 5 tahun hingga 15 Tahun).
- Cacat bawaan pada bayi yang baru lahir (Hal ini terjadi pada sebagian besar bayi yang dikandung oleh ibu-ibu hamil yang mengkonsumsi MSG secara berkelanjutan)
- kerusakan permanen pada sel-sel syaraf motorik anak-anak dan beragam pengaruh buruk bagi kesehatan lainnya.
menurut Russell Blaylock, penulis buku "Excitotoxins – The Taste That Kills", MSG juga dapat memperbesar timbulnya kerusakan saraf degeneratif seperti:
- Parkinson (Sejenis penyakit lumpuh yang menyerang urat syaraf sehingga menimbulkan kesulitan bergerak bagi penderitanya secara permanen)
- Alzheimer (sejenis penyakit pikun atau hilang ingatan ringan)
- Autisme (Sejenis gangguan Psikis dan kelinan perilaku pada anak)
- ADD atau Attention Deficit Disorder (sejenis penurunan kemampuan berfikir atau ketidakmampuan untuk berkonsentrasi).
Jika penggunaan MSG memang berakibat buruk bagi kesehatan tubuh, lantas apakah ada pengganti penyedap rasa selain MSG?
Tentu saja ada.
Sebagai pengganti MSG kita bisa menggunakan beberapa alternatif bahan makanan alami yang kaya akan Asam Glutamat alami seperti Kaldu Sapi, Kaldu Ayam, Udang goreng yang dihaluskan, Telur, Kedelai, Biji-Bijian, Kacang-Kacangan dan lain sebagainya.
MSG atau Vetsin sebenarnya aman untuk dikonsumsi oleh manusia pada batas-batas tertentu (Batas aman konsumsi MSG adalah 120 mg/kg berat badan/hari).
Namun bagaimana kita bisa mengontrol konsumsi MSG tersebut jika kita membeli makanannya di pedagang keliling, pedagang kaki lima atau di warung-warung makan yang kesadaran dan pengetahuan akan kesehatannya masih sangat rendah?
Coba Anda perhatikan masakan dari warung-warung makan, makanan dari pedagang kaki lima dan makanan dari para pedagang keliling tersebut. Tentu Anda akan sangat terkejut karena mereka menggunakan MSG tanpa takaran dan sangat berlebihan.
Mereka menggunakan MSG tersebut secara berlebihan untuk menguatkan rasa dari makanan yang mereka jual dengan maksud agar masakan mereka tetap terasa enak meskipun dengan bumbu yang sangat sedikit. Penggunaan bumbu yang sedikit sudah barang tentu mengurangi beban biaya mereka dalam membuat makanan sehingga mereka tetap mampu menjual makanan yang enak namun dengan harga yang sangat murah.
Coba Anda bayangkan apa yang akan terjadi bila makanan tersebut Anda konsumsi setiap hari. Mengerikan bukan?
"Ada harga ada rasa", begitu orang bilang. Tentu Catering yang Enak tanpa Vetsin harganya sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan Catering yang enak dengan menggunakan Vetsin. Kenapa bisa begitu? karena Catering yang Enak tanpa Vetsin tentu akan menggunakan beragam penyedap rasa alami seperti Kaldu Sapi, Kaldu Ayam, Tomat, Jagung, Rempah-Rempah, Sayuran dan beragam bahan-bahan alami lainnya untuk menyedapkan rasa masakan yang sudah barang tentu harganya jauh lebih mahal bila dibandingkan dengan harga sesendok makan Vetsin.
Namun Catering tanpa Vetsin mungkin akan terasa sedikit hambar bagi sebagian orang yang sudah terbiasa memakainya. Karena MSG tergolong dalam Zat Aditif yaitu Zat yang dapat menimbulkan rangsangan dan ketergantungan sehingga penggunaan MSG dalam jangka waktu lama akan dapat menimbulkan ketergantungan terhadap penggunaan MSG itu sendiri.
Saran kami, bijaksanalah dalam menentukan makanan untuk keluarga tercinta Anda.
Ingin sehat atau tidaknya Anda berpulang ke diri Anda sendiri.